Kronologi Lengkap Turis Wanita Asal Brasil yang Jatuh ke Jurang Gunung Rinjani

Lombok – pttogel Sebuah tragedi mendalam mengguncang dunia pariwisata Indonesia ketika seorang turis wanita asal Brasil dilaporkan jatuh ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB). Insiden ini terjadi saat pendakian yang seharusnya menjadi pengalaman tak terlupakan berakhir dengan duka mendalam.

Identitas Korban dan Awal Pendakian

Korban diketahui bernama Maria Luiza Silva, wanita berusia 32 tahun yang berasal dari São Paulo, Brasil. Maria tiba di Indonesia sekitar dua minggu sebelum kejadian. Dalam agenda perjalanannya, ia telah menjadwalkan pendakian ke Gunung Rinjani sebagai salah satu destinasi impiannya. Ia dikenal aktif sebagai pejalan solo dan sering membagikan pengalaman traveling-nya melalui media sosial.

Maria memulai pendakian dari jalur Sembalun, jalur populer yang biasa digunakan oleh pendaki karena menawarkan pemandangan spektakuler dan akses langsung ke puncak Rinjani. Pendakian dilakukan bersama sekelompok turis lainnya, termasuk beberapa pemandu lokal.

baca juga: foto-jadul-yang-tak-dibahas-di-buku-sejarah-simpan-cerita-mengejutkan

Kronologi Kejadian

Menurut informasi dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), insiden tragis tersebut terjadi pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025, sekitar pukul 05.30 WITA. Saat itu, rombongan pendaki sudah mencapai kawasan Plawangan Sembalun, titik persinggahan yang terletak di ketinggian sekitar 2.600 mdpl.

Maria, yang dikenal sangat antusias terhadap alam dan pemandangan matahari terbit, disebutkan meninggalkan rombongan sejenak untuk mencari posisi terbaik dalam mengabadikan momen sunrise. Ia berjalan beberapa meter dari jalur aman dan berdiri di tepian jurang berbatu.

Diduga karena tanah yang labil dan berembun, kakinya terpeleset. Tanpa sempat berpegangan atau diselamatkan, Maria terjatuh ke jurang sedalam kurang lebih 100 meter. Suara teriakan sempat terdengar oleh pendaki lain, namun karena masih gelap dan kondisi berkabut, lokasi jatuhnya sulit langsung ditemukan.

Upaya Evakuasi yang Dramatis

Begitu insiden diketahui, para pemandu langsung melaporkan kejadian tersebut ke pos pengawasan BTNGR. Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas Mataram, TNI, Polri, serta relawan pendaki lokal, langsung dikerahkan menuju lokasi.

Proses evakuasi berlangsung sangat sulit karena medan curam, licin, dan tertutup kabut tebal. Dibutuhkan waktu lebih dari 12 jam untuk mencapai dasar jurang tempat Maria ditemukan. Sayangnya, saat dievakuasi, korban telah dinyatakan meninggal dunia di tempat akibat luka berat di kepala dan dada.

Jenazah kemudian dibawa ke bawah menggunakan tandu khusus dan dievakuasi hingga ke RSUD Selong, Lombok Timur, untuk dilakukan proses identifikasi dan otopsi ringan sebelum dikirim ke Brasil melalui Kedutaan Besar Brasil di Jakarta.

Tanggapan Resmi dan Reaksi Keluarga

Pihak BTNGR menyampaikan duka mendalam dan menyatakan bahwa insiden ini menjadi bahan evaluasi penting terhadap standar keamanan pendakian. Pihak taman nasional juga mengingatkan agar pendaki, terutama turis asing, selalu mengikuti arahan pemandu dan tidak menyimpang dari jalur pendakian yang telah ditentukan.

Sementara itu, keluarga Maria di Brasil sangat terpukul dengan kabar ini. Dalam pernyataan resminya, mereka menyatakan Maria sangat mencintai alam dan menjadikan Rinjani sebagai puncak impiannya dalam perjalanan ke Asia Tenggara. Mereka juga menyampaikan terima kasih kepada tim SAR Indonesia yang telah berjuang maksimal dalam proses pencarian dan evakuasi.

Reaksi Publik dan Warganet

Berita jatuhnya Maria Luiza menjadi viral di media sosial. Banyak warganet dari Indonesia dan Brasil yang menyampaikan belasungkawa dan juga keprihatinan terhadap keamanan jalur pendakian. Beberapa akun pendaki bahkan menyarankan agar otoritas setempat lebih mempertegas pembatasan akses di daerah berbahaya, terutama saat cuaca ekstrem atau kondisi tanah yang tidak stabil.

Penutup: Catatan untuk Keselamatan di Alam Terbuka

Kejadian tragis yang menimpa Maria Luiza Silva menjadi pengingat keras bahwa keindahan alam juga menyimpan potensi bahaya. Pendaki, terutama yang datang dari luar negeri, perlu mendapatkan informasi menyeluruh tentang kondisi jalur, peringatan cuaca, serta pentingnya mengikuti protokol keselamatan.

Gunung Rinjani, dengan segala pesona dan tantangannya, tetap menjadi magnet bagi para petualang. Namun keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama. Semoga kejadian ini tidak hanya menjadi kabar duka, tetapi juga titik tolak untuk perbaikan prosedur keselamatan pendakian di seluruh Indonesia.

sumber artikel: www.youforgottorenewyourhosting.com

Back To Top