PTSLOT — Pemerintah Indonesia menegaskan kesiapan penuhnya dalam mengantisipasi lonjakan mobilitas masyarakat pada masa Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Fokus utama adalah mengatasi potensi gangguan cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada keselamatan transportasi laut nasional.
Koordinasi dan Mitigasi Sejak Dini
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyatakan bahwa pemerintah telah memprediksi peningkatan pergerakan masyarakat sejak awal. Oleh karena itu, mitigasi risiko, kesiapan sistem, dan koordinasi lintas instansi menjadi prioritas untuk memastikan perjalanan berlangsung aman dan lancar hingga Januari mendatang.
“Kita mengantisipasi segala tantangan, baik yang diakibatkan cuaca buruk atau ekstrem, maupun faktor teknis operasional lainnya,” ujar AHY dalam peninjauan di Terminal Penumpang Nusantara Pura Pelindo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Cuaca sebagai Faktor Krusial
Aspek cuaca dinilai sebagai salah satu faktor paling kritis dalam pengelolaan transportasi laut selama periode libur panjang. Pemerintah memperkuat koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai referensi utama pengambilan keputusan operasional di lapangan.
“Kesiapan menghadapi kondisi darurat harus menjadi bagian dari perencanaan sejak sebelum puncak arus perjalanan, bukan hanya saat gangguan muncul,” tegas AHY.
Kesiapan Alat Keselamatan dan Sistem Pemantauan
Dalam menghadapi potensi risiko di laut, ketersediaan dan kesiapan alat keselamatan menjadi standar mutlak. AHY menekankan pentingnya memastikan alat seperti sekoci (lifeboat), rakit penolong (liferaft), pelampung (lifebuoy), dan jaket keselamatan (lifejacket) dalam kondisi siap operasi.
Selain itu, seluruh kebijakan antisipasi cuaca mengacu pada data dan peringatan resmi BMKG. Sistem komunikasi dan pemantauan kapal (Vessel Monitoring System/VMS) juga mendapat perhatian serius untuk memastikan tidak ada putusnya alur informasi.
Peran Posko 24 Jam dan Peringatan Dini
Pemerintah mengingatkan pentingnya peran posko pengendalian yang beroperasi 24 jam penuh. Fungsi posko bukan hanya merespons kejadian, tetapi lebih pada memitigasi risiko sebelum insiden terjadi.
“Langkah mitigasi dini dinilai lebih efektif dalam mencegah gangguan operasional dan kecelakaan selama masa padat perjalanan,” jelas AHY.
Meski kondisi gelombang laut saat ini dilaporkan lebih terkendali, dengan ketinggian sekitar 1,25 meter dan angin 10 knot, kewaspadaan tetap tinggi. Peringatan biasanya dikeluarkan jika kecepatan angin melebihi 20 knot, yang menandakan kondisi berbahaya untuk berlayar.
Sistem Terintegrasi untuk Respons Cepat
AHY menekankan bahwa keterhubungan antar sistem menjadi kunci respons yang cepat dan akurat. Sistem peringatan dini (early warning system), sistem deteksi dini, dan komunikasi terintegrasi antar wilayah, pelabuhan, dan kapal harus berjalan optimal.
Pusat komando dan pengendalian (pusdalkom) harus beroperasi tanpa henti (24/7) selama periode Nataru, terutama pada dua puncak perjalanan: masa Natal dan masa kembali setelah Tahun Baru.
“Semua aspek keselamatan, termasuk alat keselamatan dan sistem kendali, harus kita siapkan dari sekarang untuk menghadapi puncak arus perjalanan Nataru,” pungkas AHY menutup pernyataannya.
