RESULT TOTO MACAU — Indonesia memiliki modal yang sangat kuat untuk tampil sebagai salah satu pemimpin utama dalam arsitektur pasar karbon global. Modal ini bersifat ekologis, historis, dan institusional. Dalam forum-forum internasional seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pasar Karbon, keyakinan ini harus ditunjukkan dengan tegas agar posisi Indonesia tidak lagi dipandang sebelah mata.
Paradoks Kekayaan dan Tantangan
Sebagai negara dengan mega biodiversitas peringkat ketiga dunia setelah Brasil dan Kongo, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Namun, di balik kekayaan tersebut tersimpan sebuah ironi. Dalam periode tertentu, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia.
Kondisi paradoks inilah yang justru menjadi alasan mengapa Indonesia mendapat perhatian lebih dari komunitas internasional. Dunia melihat Indonesia bukan hanya sebagai bagian dari masalah, tetapi sebagai kunci utama dalam agenda pemulihan lingkungan dan pengendalian perubahan iklim.
Pengalaman Panjang dan Platform yang Ada
Sejatinya, Indonesia bukanlah pemain baru dalam skema perdagangan karbon. Jauh sebelum Perjanjian Paris (Paris Agreement) menjadi acuan global, Indonesia telah menjadi lokasi uji coba berbagai mekanisme, mulai dari REDD, REDD+, hingga REDD++. Keberadaan lembaga riset kehutanan global seperti CIFOR dan ICRAF yang berkantor pusat di Bogor semakin mengukuhkan posisi strategis Indonesia dalam tata kelola kehutanan dunia.
Di tingkat domestik, Indonesia bahkan telah meluncurkan platform perdagangan karbon melalui IDX Carbon, yang termasuk salah satu yang pertama dibentuk di dunia. Pengalaman panjang ini seharusnya menjadi modal berharga untuk mengambil peran sentral.
Tantangan Pengakuan Internasional
Meski memiliki landasan yang kuat, pengakuan internasional terhadap platform dan mekanisme yang dibangun Indonesia belum optimal. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, masih perlu memperkuat kerja sama dan membangun nota kesepahaman dengan lembaga standar internasional terkemuka seperti Verra dan Gold Standard. Harmonisasi dalam mekanisme penghitungan dan verifikasi karbon ini crucial untuk membangun kepercayaan global.
Ini menunjukkan bahwa langkah infrastruktural sudah dilakukan, pasar sudah dibentuk. Tantangan selanjutnya adalah memastikan seluruh mekanisme itu diterima dan diakui oleh pasar internasional.
Memanfaatkan Momentum KTT Pasar Karbon
KTT Pasar Karbon harus dimanfaatkan sebagai momentum strategis untuk menunjukkan inisiatif konkret yang telah dan akan dilakukan Indonesia. Negara ini harus tampil dengan percaya diri, mengedepankan pengalaman, modal ekologis, dan instrumen kebijakan yang dimiliki. Tujuannya jelas: Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar, tetapi harus diakui sebagai pemain dan pembuat kebijakan utama.
Ke depan, kesiapan Indonesia untuk menyelenggarakan Konferensi Perubahan Iklim (COP) di masa mendatang akan semakin mengukuhkan posisinya. Dengan menyatukan kekuatan biodiversitas, pengalaman panjang, dan kesiapan kebijakan, Indonesia berpotensi menjadi rujukan global dalam upaya pengendalian perubahan iklim menuju target 2030.
