Jejak Perlawanan Ikhwanul Muslimin terhadap Israel

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi menetapkan cabang Ikhwanul Muslimin di Yordania, Mesir, dan Lebanon sebagai organisasi teroris internasional. Dalam keputusan presiden yang ditandatangani Trump, salah satu alasan yang disebutkan adalah aktivitas sayap militer kelompok tersebut di Lebanon yang melakukan serangan roket ke sasaran militer dan sipil Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Ikhwanul Muslimin dikenal sebagai salah satu gerakan Islam tertua dan paling berpengaruh di kawasan Arab sejak berdiri pada 1928. Sejak awal, organisasi ini konsisten menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina dan menolak tindakan agresi Israel.

Pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna, menegaskan bahwa isu Palestina merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam. Saudaranya, ‘Abd al-Rahman al-Banna, bahkan pergi langsung ke Palestina pada 1935 dan membentuk cabang Ikhwanul Muslimin di wilayah tersebut. Pada awal penyebarannya, organisasi ini dipimpin oleh Al-Hajj Amin al-Husseini, tokoh yang diangkat Inggris sebagai Mufti Besar Israel.

Sosok lain yang memiliki peranan penting adalah ‘Izz al-Din al-Qassam, yang kemudian menjadi inspirasi bagi banyak gerakan Islam karena memimpin perlawanan bersenjata pertama atas nama Palestina melawan Inggris pada 1935.

Perlawanan militer Ikhwanul Muslimin kembali terlihat dalam perang Arab-Israel tahun 1948, di mana para anggotanya bertempur bersama pasukan Arab. Setelah berdirinya negara Israel dan peristiwa Nakba, banyak pengungsi Palestina kemudian bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Tvtogel

Pasca perang, kegiatan organisasi ini di Tepi Barat lebih berfokus pada aktivitas sosial dan keagamaan, tanpa banyak menyentuh ranah politik. Hubungan mereka relatif harmonis dengan Yordania setelah wilayah itu dianeksasi, namun sering kali bersitegang dengan Mesir yang menguasai Jalur Gaza hingga 1967.

Walaupun memiliki hubungan tegang, Ikhwanul Muslimin tetap ikut berperang di sisi Mesir dalam Perang Enam Hari tahun 1967—yang berakhir dengan kemenangan Israel.

Setelah kekalahan tersebut, fokus gerakan ini kembali ke bidang pendidikan serta kebudayaan, meskipun dukungan terhadap perlawanan Palestina tetap mereka sampaikan secara terbuka.

Di era modern, dukungan terhadap Palestina semakin menonjol. Cabang Ikhwanul Muslimin di Yordania aktif mengorganisasi aksi solidaritas, menggalang bantuan untuk Gaza, dan mengkritik pemerintah setempat yang menjalin normalisasi hubungan dengan Israel.

Sementara di Turki dan berbagai negara Eropa, pendukung Ikhwanul Muslimin kerap mengadakan kampanye pro-Palestina, aksi solidaritas, dan pernyataan kecaman terhadap Israel.

Sumber : youforgottorenewyourhosting.com

Back To Top